Oleh Dinar Zul Akbar
Terderang dering SMS dari HP si Rangga. Ia pun membuka HP canggih plus
mahalnya. Setelah dilihat ternyata itu berasal dari Cinta salah seorang
teman akhwatnya. Dengan sigap dan cepat ia segera membuka serta
membacanya. Setelah dibaca ternyata ada sebuah pesan Jar-kom (jaringan
komunikasi) berisi rapat agenda dakwah di kampusnya.
Jarkom
menjarkom adalah hal wajar bagi Rangga dan Cinta. Dikarenakan mereka
berdua adalah aktivis di kampusnya. Apalagi kedua provider mereka adalah
sebuah brand baru yang terkenal dengan model ibu-ibu gemuknya. Yaa
untuk sesaat, hal ini wajar adanya.
Waktu pun perlahan namun
pasti terus berlalu. Rangga dan Cinta yang pada awalnya hanya SMS jarkom
beralih ke topik permasalahan individu. Tanpa mereka sadari bahwa kini
sang setan telah berhasil masuk dengan mulus ke sasaran yang ia tuju.
Setan pun membatin dalam hati ”haha, mampus lu, kena gue tipu”.
Cinta sang putri terlanjur sering bertanya masalah syariah kepada
Rangga sang Pangeran. Rangga yang memang luas pengetahuannya dengan
mudah menjawab itu semua mulus tanpa hambatan. Selain perkara
halal-haram Cinta pun sering meminta tausiyah dari Rangga sang Ikhwan.
Ya, lagi-lagi Rangga yang memang kutu buku mampu menyanggupi segala
permintaan dari Cinta sang perawan.
Suatu ketika Rangga pun
merindu dengan SMS requestnya Cinta. Ia pun bertanya-tanya ada apa
gerangan dengan ”Si Dia”. Maka kali ini Rangga yang berSMS ria. Ia
menanyakan bagaimana kabar Cinta yang jauh diseberang kecamatan sana.
Cinta pun menjawab bahwa ia sedang kurang enak badan. Entah karena
aktivitasnya atau karena kuliahnya yang begitu sibuk menguras pikiran.
Si Rangga menjadi iba atas musibah yang menimpa Cinta yg ia sebut
sebagai sebuah penderitaan. ”Syafakillah ukhtiy, mudah2an Allah
menyembuhkan anti” tulis Rangga singkat dalam sebuah pesan.
Proses interaksi kini menjadi dua arah. Awalnya Rangga hanya sebagai
pengarah. Kini Rangga berbalik arah menjadi sang peminta hikmah. Giliran
Cinta yang kini posisinya sebagai ustadzah.
Perkara
halal-haram, dan SMS tausiyah pun sudah. Kini giliran masalah pribadi
atau syakhsiyah. Cinta sering meminta solusi tentang permasalahan yang
sering mengganggu hari-harinya yang cerah. Begitu pun sebaliknya dengan
akh Rangga yang juga sama-sama butuh solusi terhadap segala masalah.
Tidak sampai disitu saja. Mereka berdua sudah keluar jalur tampaknya.
Bonus SMS yang seharusnya dipakai ke hal-hal yang bermanfaat, kini
dihabiskan seenak jidatnya. Mereka berdua mulai menanyakan hal-hal yang
sangat sangat sederhana. Seperti sudah makan apa belum, bangunin qiyamul
lail, dan hal-hal nggak penting lainnya. Dan bahasa aku-kamu sudah
menjadi hal biasa menggantikan ungkapan anti-ana.
Hari-hari
terus berlalu dan nampaknya Cinta dan Rangga malah terlihat makin
menikmati. Mereka berdua menikmati aktivitas yang dirasa dakwah padahal
sebetulnya hanya sebuah permainan hati. Permainan yang biasa dimainkan
oleh sepasang insan yang mungkin menyebabkan mereka menjadi lupa diri.
Lupa terhadap pengawasan Allah yang maha mengetahui baik yang
terang-terangan ataupun tersembunyi.
Akibat permainan hati
tersebut. Cinta dan Rangga menjadi tertutup kepada teman-teman
seperjuangan dan seatribut. Usut punya usut. Nampaknya Rangga malu
setelah isi SMSnya di baca oleh salah seorang temannya yang bernama
Mahmud. Semenjak saat itu-lah Cinta dan Rangga tanpa komando perlahan
mundur tanpa banyak ribut. Mundur dari dunia per-dakwah-an, dunia tempat
dimana syariat Allah sering disebut-sebut. Dunia dimana surga merupakan
balasannya bagi siapa saja yang mau ikut.
Teman-temannya pun
tak bisa berbuat banyak. Toh, dari mulai cara bicara pribadi dari hati
ke hati sampai disindir-sindir semua mental tak satu pun yang masuk
secara telak. Para sahabatnya pun hanya punya senjata terakhir yaitu doa
secara serentak. Mudah-mudahan melalui doa ini Rangga dan Cinta bisa
sadar dan terhenyak.
untuk eramuslim.com
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer