WASHINGTON (SuaraMedia News) – Eric Frattini, seorang jurnalis dan
penulis Amerika Serikat, mengungkapkan mengenai sebuah rahasia yang
selama ini disimpan rapat oleh Vatikan.Rahasia tersebut dinamakan
“Persekutuan Suci”.
Rahasia tersebut diungkapkan dalam buku Frattini yang diberi judul:
“Entity: Five Centuries of Secret Vatican Espionage. Dalam buku tersebut
dituliskan, “Vatikan, organisasi tertua di dunia dan menghasilkan
banyak raja dan sejarah dalam lima abad, ternyata memiliki alat
mata-mata rahasia bernama “Persekutuan Suci”. Alat tersebut dipergunakan
untuk melanggengkan keinginan Vatikan.
“Kami menggantungkan penerapan kebijakan pada paus. Untuk menghadapi
orang-orang yang meninggalkan agama, dan perpecahan terhadap agama
Kristen, demikian halnya dengan revolusi, diktatorisme, kolonialisme,
deportasi, penganiayaan dan penyerangan, perang sipil, perang dunia,
penculikan dan pembunuhan.”
Dalam bukunya, Frattini menuliskan, “Cerita lengkap mengenai
intelijen suci, yang terlibat dalam membunuh raja-raja, meracuni para
diplomat dan mendanai para diktator Amerika Selatan.
Intelijen tersebut juga terlibat dalam upaya melindungi para penjahat
perang dan mencuci uang mafia serta melakukan manipulasi pasar yang
menyebabkan kebangkrutan.”
Buku setebal 509 halaman tersebut juga diterbitkan dalam bahasa Arab
dan diterbitkan oleh penerbit di Beirut. Buku tersebut diterjemahkan ke
dalam bahasa Arab, melalui pemeriksaan dan pengeditan. Versi bahasa
Inggris buku tersebut dirilis dengan judul Entity. Penerbitannya
mendahului edisi pertama bahasa Arab. Buku tersebut diedarkan di
Inggris, Spanyol, Perancis, dan penjualannya tidak tertandingi.
Sebelumnya, seorang jurnalis Barat mengungkapkan bahwa Vatikan telah mengumandangkan perang terhadap Islam.
Hal tersebut dilakukan untuk mengalihkan perhatian dari skandal
seksual Vatikan dan juga atas sejumlah pengikut Vatikan yang memeluk
Islam.
Skandal seks Italia tersebut melibatkan sekitar 4.000 orang pastor,
kardinal, serta biarawati. Mereka juga memaksakan aborsi agar skandal
tersebut tidak terungkap ke publik. Skandal tersebut melibatkan
orang-orang yang tersebar di AS, Brazil, Filipina, India, Italia, dan
Gereja Katolik Vatikan sendiri.
Paus Benediktus XVI sedari awal berupaya menyembunyikan skandal
tersebut, ia memperingatkan mengenai bahaya Islam agar perhatian para
umat Katolik teralihkan dari skandal para pendeta.
Vatikan menyebut skandal pelecehan seksual terhadap anak-anak di
Irlandia sebagai sebuah hal yang “membuat malu” Gereja Katolik. Hal
tersebut diungkapkan ketika sejumlah uskup dari Irlandia bertemu dengan
Paus Benediktus XVI.
Para pastor yang terlibat dalam pelecehan telah melakukan “tindakan
yang amat buruk”, demikian kata pihak Vatikan pada hari Senin lalu,
ketika sejumlah uskup Irlandia bertemu dengan Paus.
Menteri Luar Negeri Vatikan, Tarcisio Bertone, mengatakan kepada para
uskup tersebut bahwa terungkapnya kasus pedofilia sistemik yang telah
berlangusng sejak lama tersebut merupakan sebuah tantangan yang berat
dan memalukan bagi Gereja Katolik Irlandia.
“Tantangan yang datang dari dalam memang biasanya lebih sulit dan
memalukan,” katanya pada saat para uskup tengah mempersiapkan pertemuan
dengan Paus Benediktus XVI.
“Tantangan serius semacam itu melanda komunitas kalian, dimana para
pelayan Gereja terlibat dalam tindakan yang amat buruk,” katanya.
Lebih dari 20 orang uskup berdialog dengan Paus di Vatikan, lebih
dari dua hari berselang setelah terungkapnya skandal pelecehan anak-anak
tersebut. Ditambah dengan bukti bahwa otoritas gereja telah dengan
sengaja menutup-nutupi fakta perilaku pedofilia yang dilakukan para
pastor selama tiga dekade.
Krisis tersebut pecah pada bulan November, menyusul dirilisnya hasil
investigasi pemerintah Irlandia mengenai kejahatan tersebut, dan
terungkapnya fakta bahwa para petinggi gereja telah melindungi praktik
pelecehan seksual tersebut selama berpuluh-puluh tahun agar tidak
tersentuh hukum. Laporan Murphy mengungkapkan bahwa gereja Katolik
“terobsesi” dan melakukan pelecehan terhadap anak-anak dari tahun 1975
hingga 2004.
Uskup Besar Armagh, Sean Brady, mengatakan kepada Vatican Radio bahwa
pertemuan tersebut merupakan bagian dari “perjalanan penyesalan,
rekonsiliasi, dan pembaharuan” bagi gereja Irlandia.
Skandal tersebut menyentak Irlandia, empat dari lima orang uskup yang
menerima kritikan atas ketidakmampuan menindaklanjuti laporan
pedofilia telah mengundurkan diri.
Namun, uskup kelima, Martin Drennan dari Galway, bersikeras bahwa
dirinya tidak pernah melakukan apapun yang membahayakan anak-anak. Ia
menolak desakan agar dirinya mengundurkan diri.
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer